Review Buku The Psychology of Money oleh Sherly Annavita Rahmi
image by Fimela |
Tulisan kali ini adalah review buku The Psychology of Money karya Morgan Housel. Review buku ini dilakukan oleh Sherly Annavita Rahmi di kanal YouTube miliknya. Ini adalah salah satu buku yang mengubah pola pikir dan cara Sherly pribadi memperlakukan uang.
Morgan Housel, sang penulis juga merupakan Partner di The Collaborative Fund, mantan kolumnis di The Motley Fool, dan juga di The Wall Street journal. Beliau sudah dua kali memenangkan penghargaan bisnis terbaik dari Society of American Business Editor and Writers serta menjadi pemenang New York times Sydney Awards.
Buku The Psychology of Money sendiri sudah masuk ke International Bestseller per bulan Juli tahun 2021. Pertama kali terbit pada bulan Mei 2021. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa, salah satunya adalah bahasa Indonesia. Berikut ini review bukunya.
Alasan Mengapa Sherly Annavita Rahmi Melakukan Review Buku The Psychology of Money
Pertama, jarang sekali ada buku yang membahas tentang uang dan finansial dari sudut pandang ilmu manusia atau psikologi. Buku ini menawarkan premis bahwa kesuksesan finansial bukanlah ilmu yang sulit. Menurut Morgan ini adalah softskill. Bukan tentang seberapa pintarnya kita tapi ini tentang pengulangan dan kebiasaan kita dalam memperlakukan uang. softskill inilah yang disebut sebagai psikologi uang.
Alasan yang kedua adalah contoh-contoh yang dihadirkan dalam buku ini banyak mengajak kita untuk berpikir menggunakan logika sehingga konkrit. Namun cakupannya luas mulai dari kisah nyata seorang janitor sampai Bill Gates. Tinggal kita menempatkan diri sendiri berada pada level financial yang mana dan kondisi seperti apa.
Maka salah satu poin penting yang Morgan highlight dalam bukunya adalah kita tidak bisa terlalu cepat menghakimi kepribadian dan karakter seseorang berdasarkan pengeluarannya atau caranya memperlakukan uang.
Karena memang starting point yang beda, dibesarkan di tengah keluarga yang berbeda dengan situasi finansial global yang juga berbeda. Hal-hal tersebut membuat cara kita berpikir dan memperlakukan uang juga berbeda.
Morgan mengajak kita untuk punya dua kesimpula. Pertama secara eksternal kita jangan mudah menghakimi orang lain berdasarkan cara mereka menggunakan uang. Kedua, secara internal kita jangan mudah membandingkan diri dengan orang lain karena memang banyak sekali perbedaan dan faktor pembedanya.
Tiga Ide Utama dalam Buku The Psychology of Money
Sebenarnya Sherly Annavita Rahmi mencatat ada 12 poin penting dari total 230 halaman. Namun dalam review buku The Psychology of Money ini dia hanya menyampaikan tiga ide utama saja dalam buku ini. Tujuan tentu saja agar Anda penasaran untuk ikut membaca keseluruhan bukunya.
1. Kekayaan Tidak Datang dengan Cepat, Semua Butuh Proses
Pertama adalah kekayaan itu tidak datang dengan cepat, semuanya butuh proses. Salah satu poin Morgan dalam bukunya yang paling sering diulang yaitu mempertahankan akan jauh lebih sulit daripada mendapatkan dan Morgan memberi contoh nama-nama orang yang masuk dalam majalah Forbes untuk menjelaskannya.
Orang-orang terkaya di dunia seperti Jeff Bezos, Warren Buffett, Bill Gates, Elon Musk dan seterusnya. Banyak orang yang membicarakan tentang kekayaan mereka namun sedikit yang membahas tentang habit atau kebiasaan yang mengantarkan orang-orang tersebut ke posisi sekarang dan ternyata semuanya punya tiga habit yang sama.
Pertama mereka konsisten menabung dan berinvestasi sejak kecil, kedua mereka ahli di bidangnya, dan yang ketiga mereka semua pemimpi. Maksud dari pemimpi adalah mereka berani menetapkan goal yang besar dan melampaui zamannya. Dan mereke berani menebusnya dengan effort yang luar biasa.
Mereka yang pemimpi juga akan terus belajar, akan terus bergerak, keep learning, keep doing and moving towards goal. Semua yang dikerjakan itu mengarah pada mimpi tersebut dengan kata lain atas nama sukses apapun, baik itu sukses financial, karir dan lain-lain tidak ada istilah proses yang bisa diabaikan menuju kesuksesan
2. Dividen Tertinggi dari Uang Adalah Waktu
Ide besar yang kedua yaitu dividen tertinggi dari uang adalah waktu. Mungkin selama ini kita melihat uang hanya sebagai alat tukar. Padahal nilai intrinsik dari uang itu banyak sekali. Ada satu kalimat Morgan dalam bukunya yang menarik bahwa "Money's greatest intrinsic value and this can't be overstated, its ability to give you control over your time, using your money to buy time and options has a lifestyle benefit few luxury goods can complete with".
Alasan dibalik kalimat Morgan tadi sebetulnya sederhana karena pada akhirnya, hidup kita cuma sekali dan ingin bahagia serta memiliki hidup yang berarti. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan penghasilan kita justru dibarengi penurunan yang drastis terhadap kebahagiaan kita pada titik tertentu.
Menurut Morgan jauh lebih baik menukar uang dengan extra time entah itu untuk keluarga, melakukan sesuatu yang kita senang, dan lain-lain. Karena kita selalu bisa membuat atau mendapatkan lebih banyak uang namun kita tidak bisa membuat atau menciptakan lebih banyak waktu. Karena waktu tidak akan terulang maka maksimalkan dengan baik, sesuai nilai yang penting bagi Anda saat ini.
3. Enough is Enough, Cukup Adalah Cukup
Ide utama ketiga adalah berani mengatakan enough is enough. Menurut pasal ini sangat menarik karena berhadapan dengan musuh terbesar kita yaitu ego. Saat banyak buku financial memberikan rumus bahwa tabungan adalah pemasukan dikurang pengeluaran justru Morgan mengatakan bahwa tabungan adalah pemasukan dikurangi ego.
Maka enough is enough adalah saat di mana kita mengejar azas efektivitas, fungsionalitas dan efisiensi.
Demikian review buku The Psychology of Money dari Sherly Annavita Rahmi di kanal YouTube miliknya. Menurutnya, buku ini sangat direkomendasikan dan cocok dibaca oleh Anda yang sedang punya fokus ke financial freedom, keuangan, atau yang sedang semangat mengumpulkan uang.
Komentar
Posting Komentar