Ulasan Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari oleh Kanal YouTube Epilog
Photo by storytel |
Kanal YouTube Epilog membuat ulasan novel ini pada 30 September 2021. Berikut ini ulasannya. Ronggeng Dukuh Paruk merupakan salah satu novel terbaik Indonesia tulisan Ahmad Tohari.
Novel Ini pertama kali terbit tahun 1982, awalnya dengan bentuk trilogi. Buku pertama Ronggeng Dukuh paruk, lalu buku kedua Lintang Kemukus Dinihari dan buku ketiga Jentera Bianglala. Pada versi sekarang yang diterbitkan oleh Gramedia, ketiganya dijadikan satu buku.
Buku ini berkaitan dengan sejarah kelam bangsa Indonesia yaitu gerakan 30 September, saat di mana pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) itu terjadi. Novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah salah satu karya yang lahir dari tragedi itu.
Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Novel ini menceritakan kisah dua tokoh utama. Si pria bernama Rasus, yang wanita bernama Srintil. Rasus adalah seorang yatim piatu, dia berteman dengan srintil sejak kecil. Srintil adalah semacam titisan Ronggeng yang ditakdirkan menjadi penari perempuan simbol desa, hidupnya ditakdirkan bukan untuk dia sendiri.
Kenapa namanya Ronggeng Dukuh Paruk? atau istilahnya penari Dukuh Paruk. Dukuh Paruk adalah desa yang diciptakan oleh Ahmad Tohari. Dukuh Paruk ini digambarkan sebuah dunia atau sebuah lingkungan yang menerapkan moral compass berbeda dengan yang kita pahami sekarang atau berbeda dengan masyarakat luas.
Latar Belakang Ronggeng Dukuh Paruk
Dukuh Paruk ini digambarkan ada di wilayah terpencil. Strata sosialnya terendah bahkan mungkin lebih rendah dari yang ada sekarang. Masyarakatnya digambarkan bodoh, miskin, cabul, suka bersumpah serapah dan kelaparan. Pokoknya gambaran terburuk lingkungan masyarakat yang mungkin bisa dibayangkan. Tapi anehnya nilai-nilai itu tidak negatif bagi warga Dukuh Paruk. Justru nilai-nilai itu yang mereka banggakan karena mereka merasa sebagai keturunan salah satu perampok besar.
Di sini salah satu keunikan tulisan Ahmad Tohari, pembaca tidak merasa aneh diajak masuk ke dunia yang moral kompasnya bertolak belakang dan dengan norma-norma yang nilainya jauh berbeda. Hal tersebut karena penulisan latar yang begitu baik.
Kemudian ada fenomena Ronggeng. sebenarnya zaman dulu Ronggeng memang profesi yang benar-benar ada. Ronggeng ini merepresentasikan dualisme sakral perempuan suci atau pelacur. Di satu sisi dia melambangkan kesucian magis, di sisi lain dia melambangkan nafsu dan birahi.
Fenomena Ronggeng Dukuh Paruk
Dukuh Paruk sudah lama tidak punya Ronggeng baru tapi Srintil sejak kecil sudah menunjukkan bakat untuk menjadi Ronggeng. Dia semacam kerasukan roh Indang, Ronggeng yang sebelumnya. Sesuai ritual, untuk benar-benar menjadi Ronggeng Srintil harus melalui dua tahapan. yang pertama semacam upacara permandian turun-temurun di tempat tetua Dukuh Paruk. Dan yang kedua dia harus menyerahkan keperawanannya kepada lelaki yang mampu membayar paling mahal.
Soal keperawanan inilah yang menjadi titik konflik pertama. Rasus melihat sosok kekasih dalam diri Srintil, jadi dia tidak rela Srintil menjadi Ronggeng baru. Tentu saja karena di Dukuh Paruk ini Ronggeng tidak hanya menari tugasnya. Ronggeng itu harus bisa melayani dan memenuhi nafsu lelaki entah itu melalui tarian melalui, tidur bersama dan sebagainya. Menariknya bahkan para istri di Dukuh Paruk itu akan dengan luar biasa bangga apabila suaminya bisa tidur sama si Ronggeng.
Srintil ini digambarkan sebagai Ronggeng sempurna yang sudah lama ditunggu. Karena cintanya, keperawanan yang harusnya dilelang ini justru diberikan secara cuma-cuma pada Rasus. Sayangnya sebaliknya Rasus merasa kecewa dengan terpilihnya srintil sebagai Ronggeng dan dia memilih meninggalkan Desa.
Konflik Puncak Ronggeng Dukuh Paruk
Di sinilah konflik keduanya. Srintil kehilangan rasus, membuatnya kehilangan gairah. Dia mulai malas melakukan tugas-tugas Ronggeng, tidak latihan dan tidak merias diri. Pokoknya dia mulai meninggalkan peran ronggeng yang seharusnya.
Sampai pada satu titik Srintil diminta untuk mengisi acara Agustusan dan dengan berat hati dia mau, dia dirayu-rayu untuk mau menari. Saat itu dia menari dengan penuh amarah terhadap Rasus, tariannya adalah tarian protes kenapa Rasus pergi.
Justru dari situ Srintil dan kelompok tarinya jadi makin terkenal. Kelompok tari itu akhirnya mulai banyak panggung. Cuma karena mereka buta akan kejadian sebenarnya di sekitar mereka, di negara mereka. Ternyata grup Srintil ini sering digunakan sebagai alat propaganda oleh kelompok yang ternyata adalah Partai Komunis. Akhirnya ketika kudeta PKI tahun 1965 itu Bangsa gempar kemudian si kelompok Dukuh paruk ini jadi ikut terbawa-bawa.
Mereka dianggap ikut berkomplot padahal sebenarnya mereka cuma disewa di setiap pertemuan-pertemuan besar PKI. kelompok ini ditangkap semua termasuk Srintil tapi kemudian dipulangkan lagi. Malangnya Srintil tidak pulang sampai kurang lebih 2 tahun.
Kemudian Rasus diceritakan bahwa dia meninggalkan Dukuh Paruk dan Srintil untuk menjalani keinginannya menjadi tentara. Namun karena kasus yang terjadi pada Srintil ini dia terpanggil untuk pulang ke desanya. Sayangnya Disana tidak menjumpai Srintil yang sedang disekap lebih dari masa seharusnya karena dia dieksploitasi oleh pemimpin penyekap, sampai akhirnya Srintil dibebaskan.
Namun kondisi Srintil sudah berbeda, dia menjadi perempuan yang murung, tidak punya gairah hidup. Rasus pulang kedua kalinya ke desa menemui Srintil menjemputnya dan berusaha menolongnya.
Kurang lebih begitu plotnya silakan baca sendiri bukunya.
Penilaian Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari oleh Kanal YouTube Epilog
Hal menarik pertama dari novel Ronggeng Dukuh Paruk ini ada banyak kejadian yang tidakk sesuai dengan nilai moral kita, seperti dijungkirbalikkan dan itu membantu kita menilai fenomena dari sudut pandang berbeda. Uniknya meskipun nilai moralnya memberontak dan benar-benar tidak sesuai dengan masyarakat umum sekarang tapi Ahmad Tohari membingkainya dengan sempurna jadi tidak terasa aneh dan janggal.
Hal menarik yang kedua adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk ini pun endingnya sempurna, endingnya pas sekali. Hal menarik ketiga adalah novel ini pun mengajarkan kita dan memberitahu bagaimana suasana saat itu pra dan pasca kudeta PKI. Setidaknya kita punya sudut pandang berbeda untuk menilai kejadian saat itu.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk ini pun sudah diangkat ke layar lebar tahun 2011 lalu dengan judul Sang Penari. Filmnya pun bagus hanya saja lebih fokus ke cerita asmara dan cerita cinta Rasus bersama Srintil. Wajar saja, tidak ada masalah karena film adalah wadah yang berbeda dengan novel. Tidak bisa semua yang ada di novel kita tuangkan ke film.
Komentar
Posting Komentar